Sabtu, 28 Juni 2025

Membagi Peran Keuangan Suami Istri: Siapa Pegang Apa?

Keuangan Rumah Tangga,

Catatan Digital Nasir

Setelah menikah, banyak pasangan baru (dan bahkan yang sudah lama menikah) masih bingung soal satu hal: uang. Bukan cuma soal berapa penghasilannya, tapi juga siapa yang harus pegang uang, siapa bayar tagihan, siapa belanja bulanan, dan siapa yang bertanggung jawab menabung atau investasi.

Apakah suami yang harus memegang kendali penuh? Atau istri? Atau dibagi saja? Apakah adil kalau istri juga bekerja tapi semua tagihan tetap dibebankan ke suami?

Pertanyaan-pertanyaan ini sering muncul dan bahkan menjadi sumber konflik dalam rumah tangga. Maka dari itu, tulisan ini hadir sebagai renungan dan panduan ringan: bagaimana sebenarnya membagi peran keuangan suami istri dengan cara yang sehat, adil, dan membangun?

 

1. Kenapa Pembagian Peran Keuangan Penting?

Di awal pernikahan, banyak pasangan terlalu larut dalam romantisme tanpa membicarakan peran keuangan secara realistis. Padahal, keuangan adalah salah satu aspek paling krusial dalam membangun rumah tangga.

Tanpa kejelasan siapa melakukan apa, biasanya yang terjadi adalah:

·         Salahkan menyalahkan kalau uang kurang

·         Ada pihak yang merasa terbebani

·         Potensi konflik meningkat karena ekspektasi tidak terkomunikasikan

Pembagian peran bukan soal siapa dominan, tapi soal kerja sama. Pernikahan adalah tim kerja dua orang. Kalau keduanya tidak punya peran yang jelas, rumah tangga bisa kehilangan arah.

 

2. Realita Finansial: Tidak Semua Pasangan Sama

Setiap pasangan punya kondisi unik: latar belakang ekonomi, status pekerjaan, pendidikan, hingga nilai-nilai budaya. Ada pasangan yang dua-duanya bekerja, ada yang hanya suami atau istri yang berpenghasilan.

Maka, tidak ada rumus baku dalam membagi peran keuangan. Tapi yang penting adalah kesepakatan dan kejelasan tanggung jawab.

Misalnya:

·         Jika suami bekerja dan istri mengurus rumah, maka suami mungkin mengambil peran finansial utama.

·         Jika dua-duanya bekerja, bisa dibuat pembagian sesuai porsi pendapatan atau disesuaikan dengan pengeluaran rutin.

 

3. Mengenal Tiga Model Umum Manajemen Keuangan Rumah Tangga

Sebelum membahas siapa pegang apa, mari pahami dulu tiga model umum yang biasa dipakai pasangan:

a. Model Tradisional: Suami Pegang Semua

Dalam model ini, suami menjadi tulang punggung, mengatur semua kebutuhan rumah tangga, dan istri cukup menerima "jatah" belanja.
Kelebihan: Jelas siapa pemimpin finansial.
Risiko: Bisa menyebabkan ketimpangan kontrol dan kurangnya partisipasi istri.

b. Model Modern: Istri Pegang Keuangan

Model ini kini cukup banyak dijumpai. Suami memberikan semua penghasilan ke istri, dan istri mengatur semua pengeluaran keluarga.
Kelebihan: Biasanya istri lebih teliti dan hemat.
Risiko: Kalau istri tidak terbuka, bisa menimbulkan kecurigaan atau ketidakseimbangan.

c. Model Kolaboratif: Diatur Bersama

Keduanya duduk bersama, membuat anggaran, dan membagi peran secara proporsional.
Kelebihan: Lebih adil dan membangun kepercayaan.
Risiko: Butuh komunikasi rutin dan komitmen untuk tidak egois.

 

4. Membagi Peran dengan Bijak: Siapa Pegang Apa?

Setelah sepakat pada model manajemen keuangan, barulah pasangan bisa membagi peran secara praktis. Berikut beberapa komponen keuangan rumah tangga dan bagaimana bisa dibagi:

a. Penghasilan

·         Jika dua-duanya bekerja: diskusikan persentase kontribusi. Misalnya, suami menanggung 60%, istri 40%.

·         Jika satu pihak bekerja: pastikan yang tidak bekerja juga tetap punya akses dan wewenang terhadap keuangan.

b. Tagihan dan Kebutuhan Pokok

·         Tentukan siapa yang membayar listrik, air, internet, belanja bulanan, dan transportasi.

·         Bisa dibagi berdasarkan jenis tagihan atau dibayar dari satu rekening bersama.

c. Tabungan dan Investasi

·         Buat komitmen menabung bersama untuk tujuan masa depan: rumah, pendidikan anak, liburan, atau dana pensiun.

·         Tentukan siapa yang bertanggung jawab mengeksekusi: apakah suami yang transfer rutin, atau istri yang mengatur instrumen investasinya.

d. Dana Darurat

·         Ini penting. Siapa yang memastikan dana darurat tersedia?

·         Simpan di tempat terpisah dari uang belanja dan jangan digunakan kecuali benar-benar dalam kondisi mendesak.

e. Uang Pribadi

·         Suami dan istri tetap butuh "uang jajan" pribadi yang tidak perlu dipertanggungjawabkan.

·         Tentukan porsinya secara adil. Ini menjaga kebebasan dan menghindari rasa “dikekang”.

 

5. Jangan Hanya Fokus pada “Siapa Pegang”, Tapi Juga “Bagaimana Pegang”

Kadang kita terlalu fokus pada siapa yang memegang uang, tapi lupa membicarakan bagaimana uang itu dikelola. Beberapa prinsip penting:

a. Transparansi

Apa pun sistemnya, pastikan tidak ada yang merasa "disembunyikan". Keterbukaan menciptakan kepercayaan.

b. Kedisiplinan

Percuma kalau sudah bagi peran tapi tidak disiplin menabung, investasi, atau menjaga pengeluaran.

c. Saling Menghargai

Tidak semua kontribusi bernilai uang. Istri yang mengurus rumah dan anak-anak juga sedang “bekerja”, walaupun tidak digaji.

 

6. Gunakan Teknologi untuk Mempermudah

Manajemen keuangan rumah tangga bisa dibantu dengan aplikasi pencatatan keuangan seperti:

·         Money Lover

·         Catatan Keuangan Harian

·         Monefy

·         Google Sheets bersama

Kalian juga bisa membuka rekening bersama, atau membuat dompet digital bersama untuk pos-pos seperti belanja, transportasi, atau dana hiburan.

 

7. Evaluasi Rutin: Duduk Bersama, Buka Catatan

Setiap bulan (atau minimal 3 bulan sekali), duduklah bersama untuk:

·         Mengevaluasi anggaran

·         Meninjau apakah target keuangan tercapai

·         Menyusun ulang strategi jika ada perubahan (misalnya salah satu berhenti kerja, ada tambahan anak, atau biaya tak terduga)

Jadikan evaluasi ini momen berkualitas: ditemani secangkir kopi dan diskusi santai.

 

8. Hindari Hal-Hal yang Bisa Merusak Kerja Sama Keuangan

Beberapa hal yang sebaiknya dihindari:

·         Menyembunyikan penghasilan atau utang pribadi

·         Membuat keputusan finansial besar tanpa berdiskusi

·         Menilai pasangan dari kontribusi finansial semata

·         Menggunakan uang sebagai alat kontrol atau kekuasaan

Uang seharusnya menjadi alat untuk menyatukan, bukan memisahkan.

 

9. Setiap Rumah Tangga Punya Jalan Sendiri

Yang berhasil di keluarga A, belum tentu cocok untuk keluarga B. Maka jangan terlalu sibuk membandingkan. Ukur keberhasilan rumah tangga bukan dari siapa yang lebih kaya, tapi dari seberapa sehat hubungan dan cara menghadapi tantangan bersama.

 

Penutup: Uang Bukan Segalanya, Tapi Tanpa Uang Segalanya Bisa Terganggu

Pernikahan bukan sekadar berbagi tempat tidur dan meja makan, tapi juga berbagi tanggung jawab—termasuk soal finansial. Dengan membagi peran secara bijak, pasangan bisa menjalani kehidupan rumah tangga dengan lebih tenang, terarah, dan harmonis.

Ingat, rumah tangga yang baik bukan rumah tangga yang bebas dari masalah, tapi yang mampu menghadapinya bersama.

Sampai jumpa di Catatan Digital Nasir berikutnya. Kalau kamu merasa artikel ini bermanfaat, bagikan ke teman atau saudaramu yang sedang mempersiapkan pernikahan atau sudah menjalani kehidupan rumah tangga.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenal Dompet Digital: Manfaat dan Risikonya

Mengenal Dompet Digital: Manfaat dan Risikonya Di era digital saat ini, banyak aspek kehidupan kita yang bertransformasi, termasuk cara kita...