Kamis, 03 Juli 2025

Kapan Waktu yang Tepat untuk Berutang?

 


Kapan Waktu yang Tepat untuk Berutang?

Catatan Santai dari Kehidupan Nyata dan Dompet Tipis

Halo, pembaca setia Catatan Digital Nasir!
Hari ini kita akan ngobrolin topik yang agak sensitif tapi sangat relevan buat semua kalangan, dari mahasiswa sampai bapak-bapak pensiun: BERUTANG.

Eh, jangan dulu mundur. Ini bukan ceramah finansial berat. Kita bahasnya santai, nonformal, dan sedikit ngikik biar nggak tegang. Karena sejujurnya, hampir semua orang pernah atau sedang punya utang. Entah itu utang ke bank, ke koperasi, ke teman, ke warung, atau ke mantan (eh...).

Tapi pertanyaannya adalah:
Kapan sih waktu yang TEPAT untuk berutang?
Karena kalau salah waktu, bisa-bisa hidup kayak sinetron: penuh drama, dikejar-kejar penagih, dan akhirnya berujung pada... “maaf, aku nggak bisa bayar sekarang.”

Yuk kita bedah satu-satu, dari sudut pandang orang waras, kadang nekat, dan sering lapar.

 

🏦 Berutang Bukan Dosa, Tapi Juga Bukan Gaya Hidup

Pertama-tama, mari luruskan niat:
Utang itu sebenarnya netral. Sama seperti pisau dapur. Bisa dipakai untuk masak, bisa juga untuk memotong kartu kredit kalau udah overlimit. Yang bikin baik atau buruk itu bagaimana dan kapan kita menggunakan utang itu.

Kalau pakai utang untuk hal yang produktif atau mendesak, itu masuk akal. Tapi kalau ngutang cuma karena pengin iPhone keluaran terbaru, sementara cicilan motor aja masih numpuk... ya, mending tidur dulu seminggu.

 

✅ Waktu yang Tepat untuk Berutang

1. Ketika Situasi Benar-Benar Mendesak (Bukan Keinginan, Tapi Kebutuhan)

Contohnya:

  • Anak sakit dan butuh biaya rumah sakit.
  • Kulkas rusak dan istri mengancam pindah ke rumah ibunya.
  • Bayar UKT kuliah anak, sementara saldo rekening tinggal 12 ribu dan satu biji kerupuk.

Kondisi kayak gini boleh banget jadi alasan untuk berutang. Asalkan:

  • Kamu tahu dari mana sumber bayarnya nanti.
  • Kamu jujur sama orang yang dipinjamkan.
  • Jangan lari ke hutan dan bersembunyi (ini sering terjadi...).

2. Untuk Keperluan Produktif (Misalnya: Modal Usaha)

Misalnya kamu mau buka warung kopi kecil-kecilan. Modal awal 5 juta, kamu punya 2 juta. Sisanya? Ya pinjam.

Tapi jangan lupa:

  • Buat rencana usaha yang jelas.
  • Hitung dengan logika, bukan dengan semangat doang.
  • Pastikan usaha itu bisa menghasilkan untung untuk membayar utang.

Utang produktif itu ibarat pupuk — kalau dikasih pas dan tepat, tanaman usaha bisa tumbuh subur. Tapi kalau disiram kebanyakan dan tanpa tujuan, bisa busuk semua.

3. Untuk Investasi Jangka Panjang (Tapi Hati-Hati)

Ada orang yang minjam uang untuk beli properti, emas, atau saham. Ini sah-sah saja kalau:

  • Kamu paham risikonya.
  • Sumber bayarnya jelas.
  • Jangan pinjam dengan bunga besar untuk beli sesuatu yang nilainya naik pelan-pelan.

Jangan sampai kamu minjam ke pinjol 1 juta dengan bunga 10% per bulan, terus beli koin kripto yang kamu sendiri nggak tahu logonya kayak apa. Bisa-bisa, kamu jadi investor yang... tersungkur di depan warung.

 

❌ Waktu yang SALAH untuk Berutang

1. Ngutang Buat Gaya Hidup

Ini nih yang sering kejadian:

  • Gajian baru masuk, langsung bayar cicilan tas branded yang... cuma dipakai pas lebaran.
  • Beli motor sport hasil kredit, tapi tiap isi bensin harus minta tambahan dari mamak.
  • Liburan ke Bali hasil pinjam dari temen, pulangnya malah tidur galau karena utangnya belum lunas.

Kalau kamu ngutang demi terlihat keren di depan orang lain, siap-siap aja hidupmu akan terlihat mengenaskan di depan tagihan.

2. Ngutang Tanpa Tahu Kapan dan Bagaimana Bayarnya

Ini ibarat naik mobil tanpa rem. Ngeri.
Contoh:

  • “Ah, pinjam dulu deh. Nanti juga ada rezeki.”
  • “Saya yakin bulan depan ada bonus.” (padahal bonus cuma mitos).
  • “Nanti saya cicil... kalau ingat.”

Kalau kamu belum punya rencana pembayaran, jangan ngutang. Itu namanya bukan solusi, tapi menunda penderitaan sambil main Mobile Legends.

3. Ngutang dari Sumber yang Berisiko Tinggi

Contoh:

  • Pinjol ilegal.
  • Rentenir.
  • Grup WhatsApp keluarga yang nyebar link pinjaman cepat cair.

Boleh jadi kamu butuh cepat, tapi kalau bunga mencekik dan data pribadimu dipajang di grup alumni SD, kamu akan lebih menyesal daripada waktu nyanyi di panggung pas mic mati.

 

🤔 Tips Sebelum Berutang

Sebelum kamu benar-benar mutusin buat ngutang, coba tanya dulu ke diri sendiri:

  1. Buat apa saya ngutang?
    • Kalau jawabannya “biar gak malu”, itu bukan alasan cukup.
  2. Darimana saya akan bayar?
    • Kalau jawabannya “liat nanti deh”, batalin aja.
  3. Kalau saya nggak bisa bayar, apa konsekuensinya?
    • Pikirkan baik-baik. Utang bisa merusak hubungan pertemanan, keluarga, bahkan rumah tangga.
  4. Apakah saya sudah berusaha maksimal cari solusi lain selain berutang?
    • Kadang ada pilihan lain: kerja tambahan, jual barang yang nganggur, atau ya… sabar dulu.

 

📖 Sedikit Pengingat dari Nasir

Berutang bukanlah kejahatan. Tapi mengelola utang itu adalah seni.
Ada orang ngutang 1 juta bisa stres seminggu. Ada juga orang ngutang 100 juta masih bisa tidur nyenyak — karena dia tahu kapan, bagaimana, dan untuk apa dia melakukannya.

Hidup ini nggak selalu mulus. Kadang kita butuh bantuan finansial. Tapi jangan sampai kebiasaan berutang jadi gaya hidup yang akhirnya menjebak.

Dan yang terpenting:
Utang bisa lunas, tapi kepercayaan dan rasa malu — itu lebih susah dibayar.

 

️ Penutup

Jadi, kapan waktu yang tepat untuk berutang?
Jawabannya simpel:

Saat kamu BENAR-BENAR butuh, tahu CARA BAYARNYA, dan punya TUJUAN JELAS.

Bukan karena gengsi.
Bukan karena tren.
Apalagi karena pengin makan di kafe estetik cuma buat foto story.

Terima kasih sudah membaca sampai akhir.
Semoga tulisan ini bisa jadi bahan renungan ringan sambil minum kopi atau ngelus-ngelus dompet. 😅

Kalau kamu punya pengalaman lucu (atau tragis) soal utang, yuk cerita di kolom komentar!
Siapa tahu bisa jadi bahan postingan selanjutnya di Catatan Digital Nasir.

Salam dompet bijak,
Nasir

 

 

 

Rabu, 02 Juli 2025

Perencanaan Keuangan untuk Rumah Tangga Satu Penghasilan

Keuangan Rumah Tangga

Catatan Digital Nasir

“Gimana bisa cukup, ya, cuma satu yang kerja?”

Itulah pertanyaan yang sering terdengar dari banyak pasangan yang memutuskan — atau terpaksa — hidup dengan satu sumber penghasilan. Bisa karena istri memilih fokus mengurus rumah dan anak, bisa juga karena belum ada kesempatan kerja kedua, atau memang situasi belum memungkinkan.

Apakah mungkin hidup nyaman, menabung, bahkan merencanakan masa depan hanya dari satu gaji? Jawabannya: mungkin banget. Tapi butuh strategi, kedisiplinan, dan komunikasi yang kuat dalam rumah tangga.

Di Catatan Digital Nasir kali ini, kita akan bahas tuntas:

·         Tantangan dan kelebihan rumah tangga satu penghasilan

·         Cara menyusun rencana keuangan agar tetap aman

·         Tips pengelolaan pengeluaran dan tabungan

·         Solusi kreatif meningkatkan pendapatan tanpa mengorbankan peran keluarga

 

Realitas Rumah Tangga Satu Penghasilan

Tidak sedikit rumah tangga di Indonesia hidup dari satu penghasilan. Terutama ketika pasangan baru menikah, atau ketika anak-anak masih kecil dan butuh perhatian penuh di rumah.

Keuntungan:

·         Anak mendapat perhatian penuh dari salah satu orang tua

·         Lebih fokus pada pengasuhan dan kehidupan rumah tangga

·         Mungkin lebih hemat dari segi transportasi dan kebutuhan kerja

Tantangan:

·         Penghasilan terbatas, harus ekstra hati-hati dalam belanja

·         Risiko tinggi jika pencari nafkah utama sakit atau kehilangan pekerjaan

·         Sering muncul tekanan psikologis (terutama pada pencari nafkah tunggal)

Karena itulah, perencanaan keuangan jadi kunci utama agar rumah tangga tetap stabil meski hanya satu gaji.

 

1. Pahami Kondisi Finansial Secara Menyeluruh

Langkah pertama adalah menyadari realitas keuangan dengan jujur dan terbuka. Coba duduk bersama pasangan dan jawab pertanyaan berikut:

·         Berapa total penghasilan bulanan bersih?

·         Apa saja pengeluaran wajib bulanan? (makan, listrik, air, cicilan, dll)

·         Berapa cicilan/utang yang masih berjalan?

·         Apakah punya dana darurat?

·         Apakah sudah mulai menabung atau berinvestasi?

Buat daftar secara detail. Jangan ada yang disembunyikan. Karena dari situlah semua keputusan keuangan akan ditentukan.

 

2. Buat Anggaran Bulanan dengan Prioritas yang Jelas

Setelah tahu kondisi, susun anggaran dengan metode yang realistis dan prioritas yang kuat. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah 50/30/20, yang dimodifikasi untuk satu penghasilan:

·         60% untuk kebutuhan pokok: makanan, sewa/kredit rumah, listrik, transportasi, pendidikan

·         20% untuk tabungan dan investasi: dana darurat, pendidikan anak, pensiun

·         10% untuk hiburan dan gaya hidup: nongkrong, jajan, langganan digital

·         10% untuk sosial atau darurat tak terduga: sedekah, bantuan keluarga, iuran mendadak

Jika penghasilan tidak memungkinkan, bisa juga pakai sistem amplop: pisahkan uang sejak awal untuk tiap kebutuhan, agar tidak tercampur dan habis di tengah jalan.

 

3. Dana Darurat adalah Napas Kedua

Hidup dari satu gaji berarti tidak ada cadangan jika sesuatu terjadi. Karena itu, dana darurat wajib dibangun sesegera mungkin.

Idealnya:

·         Rumah tangga dengan satu penghasilan = 6–12 bulan pengeluaran bulanan

·         Jika pengeluaran Rp5 juta/bulan, maka target dana darurat minimal Rp30–60 juta

Mulailah sedikit-sedikit. Sisihkan 5–10% dari gaji setiap bulan, dan taruh di rekening terpisah atau reksa dana pasar uang. Jangan sentuh kecuali untuk kondisi benar-benar darurat.

 

4. Kurangi Utang Konsumtif, Fokus pada Utang Produktif

Utang bisa jadi alat, tapi juga bisa jadi jebakan.

Jika hidup dari satu penghasilan:

·         Hindari utang konsumtif: cicilan HP baru, kredit barang elektronik, dll

·         Fokus lunasi utang tinggi bunga terlebih dahulu (misal kartu kredit)

·         Gunakan utang hanya untuk hal produktif: rumah, pendidikan, modal usaha kecil

Kalau saat ini sudah terjebak dalam cicilan, evaluasi dan buat strategi pelunasan bertahap. Semakin sedikit utang, semakin lega napas finansial keluarga.

 

5. Cari Cara Menabung, Meski Sedikit

Banyak orang berpikir: "Gimana mau nabung, gaji pas-pasan?"

Padahal, menabung bukan soal nominal, tapi soal kebiasaan. Sisihkan meskipun hanya Rp50.000 per minggu. Yang penting, konsisten.

Tips:

·         Otomatiskan tabungan ke rekening berbeda

·         Gunakan celengan digital (e-wallet dengan bunga)

·         Tantang diri untuk tidak menyentuh tabungan sama sekali

Lebih baik menabung sedikit tapi rutin, daripada besar tapi hanya sesekali dan mudah tergoda.

 

6. Investasi Ringan, Tapi Jalan

Meski hidup dari satu penghasilan, tetap penting untuk membuat uang “bekerja”. Tapi jangan nekat langsung ke saham atau kripto kalau belum siap.

Rekomendasi:

·         Reksa dana pasar uang: aman, cocok untuk dana darurat

·         Emas digital: mudah dipantau, cocok untuk jangka menengah

·         Reksa dana campuran: untuk jangka panjang (pendidikan anak, pensiun)

Investasi kecil tetap lebih baik daripada tidak sama sekali. Mulai dari Rp10.000 pun sekarang sudah bisa berinvestasi.

 

7. Buat Pos Dana Gaya Hidup agar Tetap Waras

Hidup hemat bukan berarti hidup menyiksa. Rumah tangga tetap perlu hiburan, jajan, dan refreshing — tapi dengan anggaran khusus.

Misalnya:

·         Rp200.000 per bulan untuk makan di luar

·         Rp100.000 untuk langganan Netflix/Spotify

·         Rp50.000 untuk kopi akhir pekan

Punya pos gaya hidup membuat keuangan lebih seimbang dan mencegah stres berkepanjangan.

 

8. Tambahan Penghasilan Tanpa Meninggalkan Rumah

Kalau penghasilan utama benar-benar mepet, jangan ragu mencari side income ringan yang bisa dilakukan dari rumah:

·         Jualan online (makanan, barang bekas, hampers)

·         Freelance menulis, desain, admin medsos

·         Buka les privat online

·         Jadi reseller produk teman

Atau, jika istri tidak bekerja kantoran, mungkin bisa mulai proyek kecil-kecilan. Asal tidak mengganggu peran utama dalam rumah tangga, penghasilan tambahan ini bisa sangat membantu.

 

9. Diskusikan Rutin Bersama Pasangan

Perencanaan keuangan rumah tangga hanya akan berhasil jika dibicarakan secara terbuka dan rutin.

Tips:

·         Buat “rapat keuangan” keluarga setiap awal bulan

·         Evaluasi anggaran: apa yang bocor? apa yang bisa ditambah?

·         Komunikasikan impian bersama: rumah, sekolah anak, liburan, dll

Keuangan bukan sekadar angka, tapi soal visi bersama sebagai pasangan. Jika dilakukan dengan cinta dan transparansi, masalah uang justru bisa mempererat hubungan.

 

10. Siapkan Masa Depan Meski Pelan-Pelan

Hanya karena satu yang bekerja, bukan berarti masa depan ditunda. Tetap bisa:

·         Menabung untuk sekolah anak

·         Mempersiapkan pensiun

·         Membeli rumah sederhana

·         Merintis usaha kecil

Pelan tidak apa-apa, asal konsisten. Yang penting bukan besarannya, tapi arah dan tujuannya.

 

Penutup: Satu Penghasilan, Banyak Kemungkinan

Rumah tangga dengan satu penghasilan bukan berarti terbatas. Justru banyak pasangan yang hidup lebih damai, lebih rukun, dan lebih fokus pada nilai keluarga — asal punya perencanaan yang matang.

Ingat:

·         Tidak harus mewah, yang penting cukup

·         Tidak harus cepat, yang penting tepat

·         Tidak harus dua penghasilan, yang penting satu hati

Dengan strategi yang tepat, komunikasi yang baik, dan niat yang tulus, keluarga bisa tetap berkembang meski dengan satu penghasilan.

Sampai jumpa di Catatan Digital Nasir berikutnya.
Semoga tulisan ini membantu siapa saja yang sedang merancang hidup bersama dengan sederhana, tapi penuh makna.

 

 

Selasa, 01 Juli 2025

Keuangan dalam Situasi Darurat: Apa yang Harus Disiapkan?

 

Keuangan Rumah Tangga,

Catatan Digital Nasir

Tidak ada yang ingin mengalami situasi darurat — entah itu kehilangan pekerjaan, sakit mendadak, kecelakaan, atau bencana alam. Tapi satu hal yang pasti: situasi darurat bisa datang kapan saja, dan sering kali tanpa aba-aba. Dalam kondisi seperti itu, yang paling terasa bukan hanya rasa panik, tapi juga tekanan finansial.

Pertanyaannya adalah: Apakah keuangan kita siap menghadapi keadaan darurat?
Apakah kita punya dana cadangan? Apakah kita tahu apa yang harus dilakukan secara keuangan jika situasi buruk datang?

Di Catatan Digital Nasir kali ini, kita akan membahas secara lengkap:

·         Mengapa penting mempersiapkan keuangan untuk situasi darurat

·         Apa saja jenis situasi darurat yang bisa mengganggu keuangan

·         Elemen penting yang harus disiapkan

·         Strategi menyusun dana darurat dan manajemen keuangan saat krisis

·         Tips agar tetap tenang secara finansial dalam badai kehidupan

 

Mengapa Persiapan Finansial untuk Situasi Darurat Sangat Penting?

Karena darurat itu tidak bisa dijadwalkan. Kita tidak bisa bilang, "Saya akan siap nanti kalau gajinya sudah naik." Justru saat kita belum siap itulah risiko paling besar.

Tanpa persiapan:

·         Sakit mendadak bisa membuat tabungan terkuras

·         PHK mendadak bisa membuat keluarga kelaparan

·         Kecelakaan kecil bisa jadi bencana finansial besar

Persiapan keuangan darurat bukan soal pesimis, tapi realistis.

 

Jenis Situasi Darurat yang Sering Terjadi

Beberapa kondisi yang perlu kita antisipasi secara keuangan:

1.      Kehilangan Penghasilan

o    PHK, usaha bangkrut, gaji tertunda

2.      Kesehatan dan Kecelakaan

o    Rawat inap, operasi mendadak, biaya pemulihan

3.      Kematian Anggota Keluarga

o    Biaya pemakaman, penghasilan yang hilang, beban psikologis

4.      Bencana Alam

o    Rumah rusak, kehilangan aset

5.      Peralatan Penting Rusak

o    Kendaraan, kulkas, laptop untuk kerja

6.      Kejadian Sosial

o    Tuntutan hukum, pencurian, atau krisis sosial (seperti pandemi)

Setiap rumah tangga memiliki tingkat risiko berbeda. Maka penting menilai: apa risiko terbesar dalam keluarga Anda saat ini?

 

Elemen Finansial yang Harus Disiapkan Sebelum Darurat Terjadi

1. Dana Darurat

Inilah benteng pertama saat kondisi tidak berjalan sesuai rencana. Dana darurat adalah uang cadangan yang hanya boleh dipakai saat situasi genting.

Berapa jumlah idealnya?

·         3–6 bulan dari total pengeluaran bulanan (bukan gaji)

·         Jika punya tanggungan (anak, orang tua), lebih baik siapkan untuk 6–12 bulan

Contoh: Jika pengeluaran keluarga Rp5 juta/bulan, maka dana darurat ideal adalah Rp15–30 juta

Simpan di mana?

·         Rekening terpisah

·         Bisa juga di e-wallet dengan bunga, atau reksa dana pasar uang agar tetap likuid

 

2. Asuransi

Asuransi bukan investasi, tapi proteksi.

Jenis asuransi yang penting:

·         Asuransi kesehatan (BPJS + swasta untuk jaminan lebih luas)

·         Asuransi jiwa (jika Anda penopang ekonomi keluarga)

·         Asuransi kendaraan atau rumah (jika aset Anda berisiko)

Asuransi memungkinkan Anda tetap bertahan secara finansial saat risiko besar terjadi. Bayangkan biaya operasi tanpa asuransi — bisa habis tabungan bertahun-tahun.

 

3. Catatan Keuangan yang Rapi

Saat darurat, kita tidak punya waktu untuk panik sambil mencari-cari:

·         “Rekening yang mana ya?”

·         “Cicilan motor saya tinggal berapa?”

·         “Asuransi ini aktif atau tidak?”

Buat daftar keuangan pribadi:

·         Rekening tabungan & investasi

·         Polis asuransi

·         Utang & cicilan aktif

·         Kontak darurat keuangan (agen, bank, saudara)

Susun dan simpan di tempat aman, baik fisik maupun digital (pakai Google Docs, password manager, dll.)

 

4. Keterampilan Bertahan (Survival Finance)

Selain uang, Anda butuh:

·         Keterampilan menghemat & hidup minimalis

·         Kemampuan negosiasi dengan pihak pemberi pinjaman

·         Kemampuan menjual aset atau mencari penghasilan alternatif

Darurat bukan cuma soal uang, tapi soal cara bertahan.

 

Cara Menyusun Dana Darurat yang Realistis

Banyak orang berpikir menyiapkan dana darurat itu berat. Padahal, dengan langkah kecil tapi konsisten, sangat mungkin dilakukan.

Langkah praktis:

1.      Tentukan target (misal: Rp30 juta)

2.      Bagi ke dalam rencana (misal: 12 bulan berarti Rp2,5 juta/bulan)

3.      Buat rekening terpisah

4.      Otomatisasi transfer setiap gajian

5.      Kurangi lifestyle sementara: potong langganan streaming, ngopi, dll

6.      Cari penghasilan tambahan untuk mempercepat

 

Saat Darurat Terjadi: Apa yang Harus Dilakukan?

Tidak semua krisis bisa dicegah, tapi semua bisa dihadapi dengan kepala dingin. Berikut langkah cepat saat menghadapi situasi darurat:

1. Tahan Pengeluaran

·         Potong semua biaya yang tidak perlu

·         Fokus hanya pada kebutuhan pokok: makan, listrik, transportasi, obat

2. Gunakan Dana Darurat Secara Bijak

·         Jangan langsung tarik semua dana

·         Buat rencana: ini cukup untuk berapa lama?

3. Komunikasi dengan Keluarga

·         Libatkan pasangan dan anak (jika sudah besar)

·         Jangan menanggung beban sendiri

4. Hubungi Penyedia Jasa Keuangan

·         Ajukan keringanan cicilan

·         Tunda pembayaran non-prioritas jika memungkinkan

5. Cari Penghasilan Alternatif

·         Jual barang yang tak terpakai

·         Manfaatkan keterampilan: masak, desain, mengajar online, dll.

 

Mentalitas Penting Saat Menghadapi Keuangan Darurat

·         Jangan panik: Ambil waktu tenang sebelum ambil keputusan

·         Bersikap fleksibel: Gaya hidup bisa berubah, yang penting keluarga aman

·         Terbuka untuk bantuan: Keluarga, teman, atau komunitas bisa jadi penolong

·         Gunakan krisis sebagai momen belajar: Banyak orang yang justru bangkit dan lebih bijak setelah melewati krisis

 

Kesalahan Umum Saat Situasi Darurat

1.      Menggunakan kartu kredit tanpa rencana

o    Bisa menumpuk bunga dan utang

2.      Menarik investasi jangka panjang

o    Bisa rugi besar kalau mencairkan saat harga turun

3.      Berutang tanpa strategi

o    Hindari utang konsumtif saat kondisi tidak stabil

4.      Tidak terbuka dengan keluarga

o    Akhirnya stres sendiri

 

Penutup: Bertahan, Lalu Bangkit

Kita tidak tahu masa depan, tapi kita bisa bersiap untuk kemungkinan terburuk. Situasi darurat bisa melemahkan siapa saja, tapi dengan manajemen keuangan yang baik, kita bisa tetap berdiri.

Ingat, tujuan dari mempersiapkan keuangan bukan agar hidup jadi kaku, tapi agar saat badai datang, kita tidak kehilangan segalanya.

Mulailah dari sekarang:

·         Sisihkan sedikit penghasilan untuk dana darurat

·         Tinjau ulang asuransi Anda

·         Susun catatan keuangan

·         Bicarakan dengan keluarga

Karena saat situasi darurat datang, persiapan hari ini adalah penyelamat masa depan.

Sampai jumpa di Catatan Digital Nasir berikutnya. Semoga kita semua diberi kekuatan menghadapi segala situasi — dengan hati yang tenang dan keuangan yang siap.

 


Cara Menikmati Hidup Tanpa Mengorbankan Keuangan

Cara Menikmati Hidup Tanpa Mengorbankan Keuangan Menikmati hidup adalah hak semua orang. Kita semua ingin bersenang-senang, makan enak, trav...