Senin, 30 Oktober 2023

Selamat Berkunjung


 "Selamat datang di 'Catatan Digital'! Kami sangat gembira Anda memilih untuk berkunjung ke ruang inspirasi dan pengalaman kami. Di sini, kami berkomitmen untuk menyajikan kisah-kisah yang memotivasi dan pengalaman-pengalaman yang berharga dalam bentuk digital. Setiap artikel dan cerita di blog ini didesain untuk menginspirasi Anda, membantu Anda menemukan wawasan baru, dan mendorong pertumbuhan pribadi. Kami mengundang Anda untuk menjelajahi berbagai sudut kisah yang kami bagikan, serta turut berpartisipasi dengan komentar dan pendapat Anda. Terima kasih telah bergabung dengan kami di perjalanan inspiratif ini. Semoga 'Catatan Digital' menjadi sumber inspirasi yang berharga bagi Anda." 

kami juga menyambut baik anda telah berkunjung di halaman 'Pos Informatif'! Kami dengan senang hati menyambut Anda dalam perjalanan pengetahuan dan wawasan ini. Di sini, kami berkomitmen untuk menyajikan informasi terbaru, analisis mendalam, dan konten bermutu tinggi dalam berbagai bidang. Setiap artikel kami dirancang untuk memberikan Anda pemahaman yang lebih mendalam tentang topik-topik terkini dan menarik. Kami mengundang Anda untuk menjelajahi posting kami, dan kami berharap Anda menemukan nilai dan inspirasi di setiap tulisan. Terima kasih atas kunjungan Anda, dan kami berharap 'Pos Informatif' menjadi sumber terpercaya bagi pengetahuan Anda."



PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN


saya akan memberikan penjelasan tentang peran guru sebagai fasilitator pembelajaran, pendorong motivasi, dan pembimbing dalam memandu siswa menuju pencapaian tujuan belajar.

Fasilitator Pembelajaran: Sebagai fasilitator, guru berperan untuk mempermudah dan memfasilitasi proses pembelajaran bagi siswa. Ini berarti guru tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana siswa dapat aktif terlibat dalam proses belajar. Guru membantu siswa memahami materi, menyediakan sumber daya, dan memandu mereka dalam mencari dan menganalisis informasi. Guru juga memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengakses materi dan berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran.

Pendorong Motivasi: Guru berperan penting dalam memotivasi siswa untuk belajar. Motivasi dapat berasal dari berbagai sumber, seperti minat pribadi, tujuan akademik, atau rasa pencapaian. Guru harus dapat mengenali kebutuhan dan minat individu siswa, dan mencoba untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan relevan. Mereka juga dapat memberikan tantangan dan dukungan tambahan kepada siswa yang membutuhkannya untuk meningkatkan motivasi.

Pembimbing dalam Memandu Siswa Menuju Pencapaian Tujuan Belajar: Guru memiliki peran penting dalam membimbing siswa untuk mencapai tujuan belajar mereka. Hal ini meliputi membantu siswa dalam mengidentifikasi tujuan belajar yang realistis dan terukur, mengembangkan strategi belajar yang efektif, dan memberikan umpan balik konstruktif tentang kemajuan siswa. Guru juga dapat membantu siswa merencanakan langkah-langkah konkret untuk mencapai tujuan mereka.

Dengan menggabungkan peran sebagai fasilitator pembelajaran, pendorong motivasi, dan pembimbing, guru membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan setiap siswa untuk mencapai potensinya secara maksimal. Ini berarti tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan belajar, motivasi intrinsik, dan kemandirian dalam mengelola proses belajar mereka sendiri.

Minggu, 29 Oktober 2023

Format dan Templete Karya Tulis

Format dan template adalah dua konsep yang berbeda dalam konteks dokumen, desain, dan komunikasi. 

Berikut adalah perbedaan antara keduanya:

Format:

Format merujuk pada tata letak, struktur, dan tampilan umum dari suatu dokumen atau desain. Ini mencakup elemen-elemen seperti margin, ukuran kertas, jenis huruf, jenis dan ukuran font, warna teks, paragraf, dan tata letak gambar.

Format adalah panduan atau kerangka kerja yang digunakan untuk mengatur dokumen atau desain agar terlihat profesional, konsisten, dan mudah dibaca. Format bisa menjadi panduan umum yang diterapkan pada berbagai jenis dokumen atau proyek.

Format bisa sangat fleksibel dan bisa diubah sesuai kebutuhan. Anda dapat menyesuaikan format sesuai dengan tujuan dan gaya komunikasi Anda.

Template:

Template adalah dokumen atau desain yang telah dibuat sebelumnya dengan format yang sudah ditentukan. Mereka sering digunakan sebagai dasar atau kerangka kerja untuk membuat dokumen baru yang serupa atau identik.

Template mencakup format yang telah diatur sebelumnya, dan mereka juga dapat mencakup konten dummy atau panduan yang dapat Anda gantikan dengan informasi khusus Anda.

Template sangat berguna ketika Anda ingin mempertahankan konsistensi dalam dokumen atau desain Anda, seperti surat resmi, proposal bisnis, situs web, atau presentasi.

Dalam ringkasannya, format adalah panduan umum untuk tata letak dan penampilan dokumen atau desain, sedangkan template adalah dokumen atau desain konkret yang telah dibuat sebelumnya dengan format yang telah ditentukan. Template dapat digunakan untuk mempercepat proses pembuatan dokumen atau desain baru dengan memanfaatkan format yang telah ada.

  1. Sambutan pengunjung
  2. Templete Buku Monograf  >>>Klik  Apa itu Monograf?
  3. Templete Buku Referensi >>>Klik Apa Itu Buku Referensi?
  4. Templete Buku Ajar >>>Klik Apa itu Buku Ajar
  5. Templete Modul Ajar  >>>Klik Apa itu Modul?
  6. Templete Diktat Ajar Segerah hadir
  7. Templete Laporan Aktifitas Pengabdian Masyarakat
  8. Templete Jurnal PKM 
  9. Templete Jurnal Nasional
  10. Templete Jurnal Internasional Segerah hadir
  11. Templete Book Chapter >>>Klik Apa itu Book Chapter?

Kamis, 19 Oktober 2023

Prinsip-Prinsip Utama Teori Pembelajaran Sosial

Prinsip-Prinsip Utama Teori Pembelajaran Sosial 

Teori pembelajaran sosial, atau social learning theory, dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini menekankan pentingnya interaksi sosial dalam proses pembelajaran. Berikut adalah prinsip-prinsip dasar dari teori pembelajaran sosial:

Pemodelan (Modeling):
Pemodelan adalah salah satu prinsip utama dalam teori pembelajaran sosial. Ini mengacu pada proses di mana individu belajar dengan mengamati perilaku dan tindakan orang lain, yang disebut sebagai model. Hasil dari proses pemodelan ini dapat termasuk pengetahuan baru, keterampilan, atau sikap.

Penguatan (Reinforcement):
Penguatan adalah faktor yang memperkuat atau melemahkan kemungkinan perilaku yang diamati. Dalam konteks pembelajaran sosial, penguatan dapat berupa penghargaan atau hukuman. Hal ini dapat mempengaruhi sejauh mana individu cenderung meniru perilaku yang diamati.

Pemberian Atensi (Attention):
Untuk belajar melalui pemodelan, individu perlu memperhatikan perilaku model dengan saksama. Jika seseorang tidak memperhatikan dengan baik, proses pemodelan tidak akan efektif.
Penyimpanan Ingatan (Retention):
Setelah memperhatikan perilaku model, individu perlu dapat menyimpan informasi tersebut dalam memori jangka panjang. Kemampuan ini memungkinkan individu untuk mengakses dan mengulangi perilaku tersebut di masa depan.

Reproduksi (Reproduction):
Reproduksi melibatkan kemampuan individu untuk mereplikasi atau mengulangi perilaku yang diamati. Ini melibatkan penggunaan keterampilan atau pengetahuan yang baru dipelajari dalam situasi serupa.

Motivasi (Motivation):
Motivasi adalah faktor penting dalam teori pembelajaran sosial. Individu mungkin akan cenderung meniru perilaku model jika mereka percaya bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan hasil yang positif atau memuaskan.

Efek Pribadi (Personal Factors):
Teori pembelajaran sosial juga mempertimbangkan faktor-faktor personal, seperti keyakinan, nilai-nilai, dan sikap individu. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi sejauh mana seseorang akan mengadopsi perilaku yang diamati.

Pentingnya Interaksi Sosial dalam Pembelajaran:
Interaksi sosial memegang peran sentral dalam teori pembelajaran sosial. Berikut adalah alasan mengapa interaksi sosial sangat penting dalam pembelajaran:

Mengaktifkan Proses Pemodelan: Interaksi sosial memungkinkan individu untuk memperhatikan perilaku model secara langsung, membuat proses pemodelan lebih nyata dan mudah dipahami. 

Mendorong Diskusi dan Pertukaran Gagasan: Interaksi dengan orang lain memungkinkan siswa untuk berbagi dan mendiskusikan pemahaman mereka tentang suatu konsep. Ini dapat membantu mengklarifikasi konsep dan memperdalam pemahaman.

Memungkinkan Kolaborasi: Kolaborasi dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk bekerja bersama-sama dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas. Ini memungkinkan mereka untuk saling mengajar dan belajar satu sama lain.

Membangun Keterampilan Sosial: Pembelajaran sosial juga melibatkan pengembangan keterampilan sosial, seperti kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan memahami perspektif orang lain.

Memberikan Umpan Balik dan Dukungan:

Interaksi sosial juga memungkinkan guru atau rekan sebaya untuk memberikan umpan balik yang konstruktif dan dukungan kepada siswa, membantu mereka memperbaiki pemahaman dan keterampilan mereka.

Memfasilitasi Pembelajaran yang Aktif: Melalui interaksi, siswa lebih mungkin terlibat secara aktif dalam pembelajaran daripada hanya menerima informasi passif.

Oleh karena itu, interaksi sosial memainkan peran penting dalam memfasilitasi proses pembelajaran efektif, terutama dalam konteks teori pembelajaran sosial.

Keterampilan Membaca Makna (B1) b

 

Pendahuluan

 

Komunikasi adalah salah satu cara untuk belajar bahasa. Mempelajari suatu bahasa  penting untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Anda.  Ada 4 aspek keterampilan  berbahasa ini, yaitu Keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan  menulis.  Panduan ini hanya berfokus pada keterampilan membaca. Membaca adalah suatu kegiatan atau proses penerapan keterampilan tertentu untuk mengolah teks yang dibaca guna memahami isinya (Dalman, 2013: Pertama). Membaca merupakan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi yang disampaikan penulis dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, pembaca harus memahami teks yang dibacanya baik secara harfiah, kritis, dan kreatif. Membaca adalah proses mengumpulkan informasi dengan menggunakan teknik tertentu.

Sebelum melakukan kegiatan membaca, pembaca hendaknya menentukan tujuan membaca agar informasi yang diperoleh sesuai dengan tujuan membaca. Oleh karena itu, membaca harus sesuai dengan tujuan membaca. Secara umum tujuan membaca dibagi menjadi tiga tujuan utama: (1) membaca untuk penelitian, (2) membaca untuk bisnis, dan (3) membaca untuk hiburan (Dalman, 2013: 2). Berdasarkan tujuan utama membaca, penentuan tujuan membaca secara jelas perlu dilakukan sebelum membaca. Menentukan tujuan membaca akan membantu pembaca lebih mudah menemukan bahan bacaan dan informasi yang dibutuhkannya. Selain menentukan tujuan membaca sebelum membaca,  pembaca juga harus mempunyai kemampuan membaca yang fleksibel. Sehingga pembaca dapat mengatur kecepatan membaca bahan bacaan sesuai dengan tujuan membaca. Pembaca juga harus mampu menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi membaca.

Pada dasarnya tujuan membaca adalah untuk mengetahui topik suatu informasi. Namun kenyataannya banyak pembaca yang tidak memiliki tujuan membaca yang jelas sehingga sulit mendapatkan informasi yang dibutuhkannya. Tujuan informasi yang dibaca merupakan gagasan pokok membaca. Gagasan pokok bacaan adalah apa yang akan ditemukan oleh pembaca.

Gagasan pokok adalah gagasan atau gagasan yang menjadi pokok-pokok pengembangan paragraf. Ide pokoknya terdapat pada kalimat utama. Kalimat utama bisa berada di awal paragraf, di akhir paragraf, di awal dan akhir kalimat, atau di tengah paragraf. Selain gagasan pokok, terdapat juga penjelasan untuk mengembangkan gagasan utama. Jadi, dalam setiap paragraf terdapat satu gagasan pokok.

Pembaca harus mampu menangkap gagasan pokok bacaan agar dapat memahami bacaan secara utuh. Oleh karena itu, pembaca harus mampu membaca secara efektif dan efisien. Inilah saatnya pembaca perlu menetapkan strategi  membaca.  Strategi membaca yang tepat dapat membantu pembaca  menguasai isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu, penguasaan dan pemahaman kalimat-kalimat kunci sangat penting dalam strategi membaca. Ketika pembaca  menguasai dan memahami isi bacaan, maka mereka dapat dengan mudah membaca teks tersebut karena memahami maksud penulis. Membaca merupakan suatu kegiatan yang penting. Selain mengumpulkan informasi, kita juga bisa memperbaiki skema kita sehingga wawasan dan pengalaman kita bertambah. Oleh karena itu, mari kita jadikan membaca sebagai suatu kebutuhan, agar kita dapat menikmati membaca buku-buku yang bagus.

 

konsep dasar membaca secara umum

Membaca adalah proses mendekodekan simbol-simbol tertulis untuk memahami dan menginterpretasikan makna yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah konsep dasar membaca secara umum:

  1. Pemahaman Simbol dan Huruf: Membaca dimulai dengan pemahaman terhadap simbol-simbol tertulis, terutama huruf-huruf. Individu harus dapat mengenali huruf-huruf dan memahami fonem-fonem yang terkait dengan mereka.
  2. Pengenalan Kata: Setelah mengenali huruf, pembaca kemudian menggabungkan huruf-huruf tersebut untuk membentuk kata-kata. Pengenalan kata adalah kunci untuk membaca dengan lancar dan efisien.
  3. Kemampuan Mengenali Kata Secara Cepat (Sight Words): Beberapa kata memiliki penggunaan yang sangat umum dan harus dikenali secara cepat tanpa memerlukan dekoding huruf demi huruf. Kata-kata ini sering disebut sebagai "sight words".
  4. Konteks dan Artikulasi Kata: Membaca juga melibatkan kemampuan untuk mengartikulasikan kata-kata dengan benar dan memahami bagaimana kata-kata berinteraksi dalam suatu konteks. Pemahaman tentang struktur bahasa dan aturan tata bahasa sangat penting.
  5. Pemahaman Frasa dan Kalimat: Membaca juga melibatkan kemampuan untuk memahami makna dari serangkaian kata yang membentuk frasa atau kalimat. Ini melibatkan pemahaman tentang hubungan antar kata dan penggunaan tanda baca.
  6. Kemampuan Menafsirkan Teks: Selain memahami makna kata dan kalimat, membaca juga memerlukan kemampuan untuk menafsirkan dan memahami makna dari teks secara keseluruhan. Ini melibatkan memahami struktur naratif, tujuan penulis, dan pesan yang ingin disampaikan.
  7. Pengembangan Kosakata dan Konteks Budaya: Bagian penting dari membaca adalah memperluas kosakata dan pemahaman tentang konteks budaya di mana teks itu ditulis. Hal ini memungkinkan pembaca untuk mengatasi teks-teks yang mungkin mengandung frasa atau istilah khusus.
  8. Strategi Membaca: Pembaca juga menggunakan berbagai strategi, seperti mempratinjau teks, mengidentifikasi gagasan utama, dan membuat catatan selama membaca, untuk membantu mereka memahami teks dengan lebih baik.
  9. Mengapresiasi dan Mengevaluasi Teks: Selain memahami makna harfiah, membaca juga melibatkan kemampuan untuk mengapresiasi elemen sastra, seperti gaya penulisan, metafora, dan simbolisme. Selain itu, pembaca juga harus dapat mengevaluasi teks secara kritis.
  10. Mengembangkan Keterampilan Membaca Melalui Latihan dan Latihan Terus-Menerus: Membaca adalah keterampilan yang dapat ditingkatkan melalui latihan dan eksposur terus-menerus terhadap berbagai jenis teks.

Penting untuk diingat bahwa keterampilan membaca adalah fondasi penting untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan literasi yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan membaca yang kuat adalah tujuan utama dalam proses pendidikan.

Membaca adalah proses fundamental dalam kehidupan manusia yang melibatkan pemahaman dan interpretasi teks tertulis. Berikut adalah uraian mengenai konsep dasar membaca secara umum:

1. Pengenalan Teks Tertulis: Membaca dimulai dengan kemampuan mengenali huruf dan simbol-simbol tertulis. Ini adalah tingkat dasar membaca di mana individu mengenal abjad dan dapat menghubungkannya dengan bunyi-bunyi yang sesuai.

2. Dekoding: Dekoding adalah proses mengubah huruf dan simbol-simbol menjadi suara yang dapat dipahami. Ini melibatkan kemampuan membaca kata-kata dan frasa dengan lancar.

3. Pemahaman Makna Kata: Membaca juga melibatkan pemahaman makna kata. Ketika seseorang membaca kata-kata, mereka harus dapat mengaitkan kata-kata ini dengan makna yang tepat.

4. Pemahaman Makna Konteks: Selain memahami makna kata secara individu, membaca juga memerlukan pemahaman makna dalam konteks yang lebih luas. Ini termasuk memahami hubungan antar kata, kalimat, dan paragraf dalam teks.

5. Pemahaman Teks Keseluruhan: Kemampuan membaca mencakup pemahaman teks secara keseluruhan. Ini melibatkan kemampuan menggabungkan informasi dari berbagai bagian teks untuk memahami pesan atau informasi yang disampaikan.

6. Keterampilan Analitis: Bagian penting dari membaca adalah kemampuan untuk menganalisis teks. Ini termasuk mengidentifikasi gagasan utama, rincian pendukung, dan makna tersirat dalam teks.

7. Keterampilan Kritis: Membaca juga memerlukan keterampilan kritis. Ini melibatkan evaluasi teks, mempertanyakan informasi, dan mengidentifikasi bias atau sudut pandang penulis.

8. Keterampilan Literasi Multimodal: Di era digital, membaca juga mencakup keterampilan literasi multimodal, yaitu kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan teks yang melibatkan gambar, audio, video, dan elemen-elemen multimedia lainnya.

9. Keterampilan Pemecahan Masalah: Membaca dapat digunakan untuk memecahkan masalah, mengumpulkan informasi, dan membuat keputusan yang informasional. Kemampuan membaca dengan cermat dan analitis sangat berharga dalam konteks ini.

10. Perkembangan Seumur Hidup: Membaca bukan hanya keterampilan yang diajarkan di sekolah, tetapi juga merupakan proses perkembangan seumur hidup. Individu dapat terus meningkatkan keterampilan membaca mereka sepanjang hidup.

11. Konteks Budaya dan Sosial: Membaca juga dipengaruhi oleh konteks budaya dan sosial. Bahasa, budaya, dan latar belakang sosial individu dapat memengaruhi bagaimana mereka membaca dan memahami teks.

12. Kesukaan dan Motivasi: Minat dan motivasi memainkan peran penting dalam membaca. Orang yang termotivasi cenderung membaca lebih sering dan lebih efektif.

Penting untuk diingat bahwa membaca adalah keterampilan kompleks yang berkembang seiring waktu dan melibatkan berbagai aspek. Kemampuan membaca yang baik memiliki dampak yang signifikan pada keberhasilan individu dalam pendidikan, karir, dan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran dan pengembangan keterampilan membaca merupakan fokus penting dalam pendidikan.

konsep dasar membaca secara khusus

 

Konsep dasar membaca meliputi beberapa tahap dan aspek penting. Berikut adalah uraian dan penjelasan konsep dasar membaca secara khusus:

  1. Pengenalan Abjad dan Fonetik:
    • Uraian: Tahap awal membaca dimulai dengan pengenalan abjad, yaitu huruf-huruf dan simbol-simbol yang digunakan dalam bahasa tertentu. Fonetik adalah hubungan antara huruf-huruf dan suaranya.
    • Penjelasan: Pada tahap ini, individu mempelajari dan mengenali bentuk huruf, serta belajar menghubungkannya dengan bunyi atau fonem yang sesuai. Ini adalah dasar dari kemampuan membaca, karena membantu dalam membangun kemampuan dekoding.
  2. Dekoding:
    • Uraian: Dekoding adalah kemampuan untuk membaca kata-kata dengan mengubah huruf-huruf dan simbol-simbol menjadi suara yang dapat dipahami.
    • Penjelasan: Pada tahap ini, individu belajar untuk mengenali dan membaca kata-kata dengan lancar. Ini melibatkan menggabungkan fonem-fonem untuk membentuk kata-kata dan mengucapkannya dengan benar.
  3. Pemahaman Makna Kata:
    • Uraian: Membaca juga melibatkan pemahaman makna kata secara individual.
    • Penjelasan: Individu harus dapat mengaitkan kata-kata yang dibaca dengan makna yang tepat. Ini melibatkan pengenalan dan memahami kata-kata dalam konteks yang sesuai.
  4. Pemahaman Konteks Lebih Luas:
    • Uraian: Selain memahami makna kata, membaca juga memerlukan pemahaman makna dalam konteks yang lebih luas, seperti kalimat, paragraf, dan teks secara keseluruhan.
    • Penjelasan: Ini mencakup kemampuan untuk menghubungkan kata-kata, memahami struktur kalimat, dan memahami pesan yang diungkapkan dalam teks.
  5. Pemahaman Teks Keseluruhan:
    • Uraian: Membaca juga mencakup kemampuan untuk memahami teks secara keseluruhan.
    • Penjelasan: Ini melibatkan menggabungkan informasi dari berbagai bagian teks untuk memahami pesan atau informasi yang disampaikan. Kemampuan ini membantu individu untuk memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap teks.
  6. Analisis dan Penafsiran:
    • Uraian: Bagian penting dari membaca adalah kemampuan untuk menganalisis dan menafsirkan teks.
    • Penjelasan: Ini melibatkan mengidentifikasi gagasan utama, rincian pendukung, dan makna tersirat dalam teks. Individu belajar untuk membaca secara kritis dan menganalisis informasi yang disajikan.
  7. Keterampilan Literasi Multimodal:
    • Uraian: Di era digital, membaca juga mencakup keterampilan literasi multimodal, yaitu kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan teks yang melibatkan elemen-elemen multimedia seperti gambar, audio, video, dan lain sebagainya.
    • Penjelasan: Individu perlu memahami bagaimana elemen-elemen multimedia berkontribusi terhadap pemahaman teks secara keseluruhan.
  8. Pengembangan Kemampuan Membaca Seumur Hidup:
    • Uraian: Membaca adalah keterampilan yang terus berkembang sepanjang hidup.
    • Penjelasan: Meskipun individu dapat memulai dengan membaca dasar, mereka terus mengasah dan mengembangkan keterampilan membaca mereka sepanjang hidup, terutama dengan membaca teks-teks yang semakin kompleks.

Penting untuk diingat bahwa konsep dasar membaca ini adalah tahap-tahap yang saling terkait dan berlaku untuk setiap bahasa. Membaca adalah keterampilan penting yang memungkinkan individu untuk mengakses dan memahami informasi dalam berbagai konteks.

Membaca adalah proses intelektual yang melibatkan pemahaman dan interpretasi teks tertulis. Konsep dasar membaca mencakup sejumlah aspek penting yang menjadi dasar dalam memahami dan menjalankan proses membaca dengan baik. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai konsep dasar membaca secara khusus:

1. Dekoding: Ini adalah langkah pertama dalam membaca di mana pembaca mengenali huruf, kata, dan simbol-simbol tertulis, serta mengubahnya menjadi bunyi yang dapat dipahami. Kemampuan dekoding melibatkan pengenalan huruf-huruf abjad dan pemahaman bagaimana mereka diucapkan.

2. Pemahaman Makna Kata: Setelah dekoding, pembaca harus memahami makna dari kata-kata yang telah diuraikan. Ini melibatkan pengetahuan tentang kosakata dan arti kata-kata dalam bahasa yang dibaca.

3. Keterampilan Berbicara dan Mendengar: Pemahaman membaca sering kali terkait dengan keterampilan berbicara dan mendengar. Pembaca yang baik dapat menghubungkan teks tertulis dengan pengalaman lisan, memahami intonasi, serta penggunaan kata-kata dan frasa dalam percakapan sehari-hari.

4. Pemahaman Konteks: Membaca bukan hanya tentang memahami kata-kata secara individual, tetapi juga tentang memahami makna dalam konteks yang lebih luas. Ini mencakup hubungan antara kalimat-kalimat, paragraf, dan bagian-bagian teks.

5. Pemahaman Teks Keseluruhan: Kemampuan untuk menggabungkan informasi dari berbagai bagian teks untuk memahami pesan atau informasi secara keseluruhan sangat penting dalam membaca. Pembaca harus mampu menyusun potongan-potongan informasi menjadi gambaran yang utuh.

6. Keterampilan Analitis: Membaca juga melibatkan kemampuan menganalisis teks, seperti mengidentifikasi gagasan utama, rincian pendukung, dan makna tersirat dalam teks. Keterampilan analitis membantu pembaca memahami lebih dalam apa yang dibaca.

7. Keterampilan Kritis: Pembaca harus memiliki kemampuan untuk mengevaluasi teks secara kritis, termasuk mempertanyakan informasi, mengidentifikasi sudut pandang penulis, dan mengenali bias atau kekurangan dalam argumen.

8. Keterampilan Literasi Multimodal: Di era digital, membaca juga melibatkan keterampilan literasi multimodal, yang mencakup kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan teks yang melibatkan gambar, audio, video, dan elemen-elemen multimedia lainnya.

9. Keterampilan Memecahkan Masalah: Membaca dapat digunakan untuk memecahkan masalah, mengumpulkan informasi, dan membuat keputusan yang informasional. Kemampuan membaca dengan cermat dan analitis sangat berharga dalam konteks ini.

10. Perkembangan Seumur Hidup: Membaca adalah keterampilan yang terus berkembang sepanjang hidup. Individu dapat terus memperbaiki keterampilan membaca mereka seiring bertambahnya pengalaman dan eksposur terhadap berbagai jenis teks.

11. Konteks Budaya dan Sosial: Membaca juga dipengaruhi oleh konteks budaya dan sosial. Bahasa, budaya, dan latar belakang sosial individu dapat memengaruhi bagaimana mereka membaca dan memahami teks.

12. Kesukaan dan Motivasi: Minat dan motivasi memainkan peran penting dalam membaca. Orang yang termotivasi cenderung membaca lebih sering dan lebih efektif.

Dalam pengertian yang lebih luas, membaca adalah lebih dari sekadar mengenali kata-kata. Ini adalah keterampilan intelektual yang kompleks yang melibatkan pemahaman, analisis, dan interpretasi teks untuk tujuan informasi, hiburan, atau pembelajaran. Pemahaman konsep dasar membaca ini penting dalam mengembangkan keterampilan membaca yang baik

Rabu, 18 Oktober 2023

BAHASA INGGRIS I untuk Program Studi Ilmu Komputer

BRIEF DESCRIPTION OF THE COURSE

English I is included in the Personality Development Course (MPK) group as a course that supports other competencies, namely communication skills. The characteristics of the course are different from exact sciences or other social sciences because language has a function as a communication tool. This course supports students' competence to express ideas and exchange ideas using acceptable and coherent English with linguistic elements that are understandable and appropriate to the context. This course focuses on one English language skill, namely speaking in informal or semi-formal situations. The general instructional objective of this course is that students are expected to be able to express ideas and exchange ideas orally in acceptable and coherent English with linguistic elements that can be understood and are contextually appropriate. Specifically for speaking skills, students are expected to be able to respond to the interlocutor with speech that is understandable and relevant; presenting ideas (monologue) and exchanging ideas (dialogue) verbally and understandably when explaining numbers, graphs, procedures and science and technology products

Study Materials (Teaching Materials)

  • Numbers and graphs
  • Constructions and pronunciation of past forms

Expected Final Capability

  • Students are able to communicate data/numbers on graphs
  • Able to use past tense in describing graphs

Forms/Methods/Learning Strategies

  • Cooperative learning
  • Discussion
  • Reflections

Assessment Criteria (Indicators)

  • Accuracy of explanation of data and numbers in graphs
  • Accuracy in selecting graphic description sentences

Unit One 

Numbers and graphs

A bar chart is a type of chart that presents categorical data with rectangular bars. The lengths of the bars are proportional to the values they represent. Here's how you can teach a bar chart:

Introduction to Bar Charts:

Start by explaining what a bar chart is and when it is used. Emphasize that it's suitable for displaying and comparing data in different categories or groups.
Components of a Bar Chart:

A bar chart is a graphical representation of data that uses rectangular bars to display and compare the values of different categories or groups. In a bar chart, the length or height of each bar is proportional to the value it represents.

Bar charts are typically used when you want to:

  1. Compare Categories: Bar charts are excellent for visualizing and comparing the quantities or frequencies of different categories or groups. For example, comparing sales figures for different products, or the performance of different teams.

  2. Show Trends over Time: Bar charts can be used to display data over time, especially when the time intervals are discrete (e.g., months, years).

  3. Display Categorical Data: They are ideal for displaying data that falls into distinct categories, such as types of fruits, countries, or job titles.

  4. Highlight Differences: Bar charts make it easy to see disparities between different categories. This can be useful for identifying areas that may need attention or improvement.

  5. Present Non-Continuous Data: Unlike line graphs, which are suitable for continuous data, bar charts work well for data that can be categorized into distinct groups.

  6. Visualize Rankings: Bar charts are effective in showing rankings or order of items in terms of their values. For instance, which products are the best-selling or which countries have the highest population.

  7. Compare Sub-Groups within Categories: Grouped bar charts allow you to compare sub-groups within each category. For example, comparing the performance of different departments within a company.

Remember, the choice of chart depends on the nature of the data and the story you want to convey. A bar chart is a powerful tool, but it's important to select the right type of chart for your specific dataset and message.




Here's an explanation of each type of chart:

Line Chart:
A line chart is a graphical representation of data in which information is displayed as a series of data points connected by straight lines. The x-axis typically represents time or continuous numerical values, while the y-axis represents the corresponding values or measurements. Line charts are commonly used to show trends, changes over time, or relationships between variables. They are effective for visualizing continuous data sets.

Pie Chart:
A pie chart is a circular graph divided into slices, each representing a proportion of a whole. The size of each slice is proportional to the quantity it represents. Pie charts are useful for displaying data with distinct categories and highlighting the relative contributions or percentages of each category to the total. They are commonly used to represent data in a visually appealing and easy-to-understand format.

Scatter Plot:
A scatter plot is a two-dimensional graph that uses dots to represent individual data points. Each dot on the graph represents the values of two variables (one on the x-axis and one on the y-axis). Scatter plots are used to identify relationships or correlations between the two variables. They are especially helpful in visualizing data points in a way that helps identify trends, clusters, or outliers. Scatter plots are widely used in statistics and data analysis.
In summary:

Line Chart: Shows trends or relationships between continuous data points over time or along a numerical scale.

Pie Chart: Displays the composition or distribution of a whole into distinct categories, with each category represented as a slice of the pie.

Scatter Plot: Reveals the relationship and distribution of data points between two variables, allowing for the identification of patterns or trends.

Each type of chart serves a specific purpose in visualizing data, and choosing the right one depends on the nature of the data and the story you want to convey.
Break down the different parts of a bar chart: the x-axis (horizontal axis) representing categories, the y-axis (vertical axis) representing values, and the bars themselves.
Choosing Data for a Bar Chart:

Provide a set of data that is suitable for creating a bar chart. For example, you can use data related to a survey, such as favorite colors of students.
Creating a Bar Chart:

Demonstrate how to construct a bar chart using graph paper, a whiteboard, or a computer software like Excel or Google Sheets.
Show how to label the axes, choose appropriate scales, and draw the bars.
Interpreting a Bar Chart:

Present a bar chart to the students and guide them through the process of interpreting it. Discuss what the chart is telling us about the data.
Comparing Data:

Use multiple bar charts with different datasets to teach students how to compare information across different categories.
Types of Bar Charts:

Introduce variations like grouped bar charts (for comparing different groups within categories) and stacked bar charts (for comparing sub-categories within a larger category).
Discussing Trends and Patterns:

Encourage students to identify trends, patterns, and anomalies in the data represented by the bar chart.
Hands-on Activities:

Provide worksheets or exercises where students have to create their own bar charts based on given data.
Real-life Examples:

Show examples of bar charts used in newspapers, reports, or online articles. Discuss how they effectively convey information.
Group Activities:

Have students work in pairs or small groups to create and interpret bar charts. This encourages collaboration and peer learning.
Assessment and Practice:

Evaluate their understanding through quizzes or assignments that require them to create and analyze bar charts.
Remember to adapt the complexity of the lesson based on the age and proficiency level of the students. Encourage questions and discussions to ensure that they grasp the concept thoroughly.

===================================================================

Constructions and Pronunciation of Past Forms:


Introduction to Past Tense:

Begin by explaining that the past tense is used to talk about actions or events that have already happened.
Regular Verbs:

Start with regular verbs. These verbs form their past tense by adding '-ed' to the base form (e.g., walk - walked, play - played).
Irregular Verbs:

Introduce irregular verbs. Explain that these verbs do not follow a regular pattern in forming their past tense (e.g., go - went, eat - ate).
Pronunciation of Regular Past Tense:

Practice the correct pronunciation of regular past tense verbs. Emphasize the 'ed' sound (/ɪd/, /t/, or /d/) depending on the final sound of the base form.
Examples and Drills:

Provide examples of regular verbs in sentences and have students practice forming the past tense. For instance, "She walked to school yesterday."
Irregular Verbs List:

Introduce a list of common irregular verbs. Encourage students to familiarize themselves with the past tense forms.
Pronunciation of Irregular Past Tense:

Practice the correct pronunciation of irregular past tense verbs. Focus on the specific changes in vowel sounds (e.g., sing - sang).
Examples and Drills for Irregular Verbs:

Use irregular verbs in sentences and have students practice forming the past tense. For example, "He ate pizza for dinner last night."
Contrasting Regular and Irregular Verbs:

Highlight the difference between regular and irregular verbs when forming past tenses. Reinforce through exercises.
Reading and Listening Activities:

Provide texts or audio clips with various past tense forms. Ask students to identify and analyze the past tense verbs used.
Role Play and Storytelling:

Encourage students to create short stories or engage in role plays using past tense verbs. This allows for practical application.
Error Correction:

Provide sentences with incorrect past tense forms and ask students to identify and correct the errors.
Regular Review:

Include regular practice of past tense forms in future lessons to reinforce learning.
Assessment:

Evaluate their understanding through quizzes, written assignments, or oral presentations that require the correct use of past tense forms.
Encourage Usage:

Create opportunities for students to use past tense forms in everyday conversations or written exercises.
Remember to provide ample examples and opportunities for practice. Encourage a supportive learning environment where students feel comfortable making mistakes and seeking clarification. Additionally, reinforce the importance of context in choosing the correct past tense form.








KELAS KULIAH

 

Assalamualaikum wr wb dan Salam Sejahtera,

Saya dengan senang hati menyambut Anda semua dalam kelas ini. Kehadiran Anda di sini adalah sebuah kesempatan untuk belajar, berkembang, dan mengembangkan potensi Anda. Saya yakin, bersama-sama, kita akan menjalani perjalanan pendidikan yang produktif dan bermakna.

Kelas ini dirancang dengan cermat untuk memberikan wawasan mendalam pada setiap topik bahasan, serta memberikan Anda alat dan keterampilan yang diperlukan untuk menguasainya. Kami akan mengeksplorasi berbagai konsep, memecahkan tantangan, dan mendorong kreativitas Anda dalam proses pembelajaran.

Saya juga mengundang Anda untuk terlibat aktif dalam kelas ini. Tanyakan pertanyaan, diskusikan ide-ide Anda, dan jangan ragu untuk berbagi pengalaman Anda. Kolaborasi dan interaksi adalah kunci dari pengalaman pembelajaran yang bermakna.



Terakhir, ingatlah bahwa pembelajaran adalah perjalanan yang berkelanjutan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendukung Anda dalam mencapai tujuan-tujuan belajar Anda. Mari kita bersama-sama menjadikan kelas ini sebagai wadah untuk mengembangkan potensi terbaik Anda.

Saya berharap kita akan memiliki waktu yang produktif dan memuaskan selama kelas ini. Terima kasih atas partisipasi dan semangat Anda.


Salam Pendidikan,




Kenali Cara Menyusun Laporan kegiatan Pengabdian Masyarakat (PKM)


Berikut adalah format umum untuk menulis laporan pelaksanaan Pengabdian Masyarakat dengan judul program "Mewujudkan Program Desa Menuju Bersih Narkoba":








Judul:

Mewujudkan Program Desa Menuju Bersih Narkoba


I. Pendahuluan


Latar Belakang

Tujuan Program

Manfaat Program

Ruang Lingkup Program

II. Metodologi


Rancangan Program

Pendekatan dan Teknik yang Digunakan

Sasaran dan Kegiatan

III. Pelaksanaan Program


Deskripsi Kegiatan

Jadwal Pelaksanaan

Fasilitas dan Sumber Daya yang Digunakan

IV. Hasil dan Evaluasi


Capaian Tujuan

Evaluasi Keberhasilan Program

V. Permasalahan dan Solusi


Hambatan yang Dihadapi

Langkah-langkah Penyelesaian

VI. Dampak dan Manfaat


Dampak Terhadap Masyarakat

Manfaat Jangka Panjang

VII. Kesimpulan


Ringkasan Hasil Pelaksanaan

Rekomendasi untuk Program Selanjutnya

VIII. Lampiran


Dokumentasi (Foto, Video, dll.)

Materi Pendukung

IX. Daftar Pustaka


Pastikan untuk menyajikan informasi dengan jelas, akurat, dan sistematis. Selain itu, sertakan juga data-data atau bukti pendukung yang relevan dalam laporan Anda. Jika ada format atau pedoman khusus yang diberikan oleh lembaga atau pihak yang mengawasi program, pastikan untuk mengikuti pedoman tersebut. 

Penting untuk Dipahami! Inilah Langkah-langkah Menghitung Poin Kredit Dosen Menuju Jabatan Lektor Kepala

 berikut adalah langkah-langkah dalam menghitung poin kredit dosen menuju jabatan Lektor Kepala:

Pengumpulan Dokumen Pendukung:

Kumpulkan semua dokumen yang diperlukan, seperti riwayat akademik, sertifikat pelatihan, publikasi ilmiah, dan bukti-bukti kinerja akademik lainnya.

Identifikasi Kriteria Penilaian:

Pelajari kriteria dan persyaratan yang diperlukan untuk naik jabatan menjadi Lektor Kepala di lembaga atau institusi tempat Anda mengajar.

Evaluasi Kualifikasi Akademik:

Hitung jumlah skor yang Anda peroleh dari kualifikasi akademik, termasuk gelar pendidikan, jenjang pendidikan, dan institusi tempat Anda memperoleh gelar.

Penilaian Publikasi Ilmiah:

Tinjau publikasi ilmiah Anda, dan atribusikan skor berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, seperti jenis jurnal, tingkat kontribusi, dan dampak penelitian.

Mengukur Keterlibatan dalam Penelitian dan Proyek:

Evaluasi kontribusi Anda dalam penelitian dan proyek akademik, termasuk peran, publikasi terkait, dan dampak dari proyek-proyek tersebut.

Mengevaluasi Kegiatan Pengajaran:

Tentukan skor untuk kegiatan pengajaran Anda, termasuk jumlah dan jenis mata kuliah yang Anda ajar, inovasi dalam metode pengajaran, dan hasil dari penilaian mahasiswa.

Menilai Keterlibatan dalam Kegiatan Akademik Eksternal:

Hitung poin untuk partisipasi dalam seminar, konferensi, dan kegiatan akademik lainnya di tingkat nasional atau internasional.

Penilaian Kegiatan Pengabdian Masyarakat:

Tentukan skor untuk kegiatan pengabdian masyarakat, termasuk jenis proyek, dampak sosial, dan kolaborasi dengan pihak eksternal.

Memeriksa Rekomendasi dan Persyaratan Tambahan:

Pastikan Anda telah memenuhi semua persyaratan tambahan dan mendapatkan rekomendasi yang diperlukan dari sesama dosen atau pihak berwenang.

Periksa Kembali Hasil Perhitungan:

Pastikan semua skor telah dihitung dengan benar dan telah memenuhi atau melebihi ambang batas yang diperlukan untuk naik jabatan.

Ajukan Permohonan Kenaikan Jabatan:

Ikuti prosedur yang telah ditentukan oleh lembaga atau institusi untuk mengajukan permohonan kenaikan jabatan.

Tinjau dan Persiapkan Dokumen Pendukung:

Pastikan semua dokumen pendukung telah lengkap dan diperiksa sebelum mengajukan permohonan.

Saran terbaik adalah berkonsultasi dengan departemen atau unit yang bertanggung jawab atas proses kenaikan jabatan di institusi Anda untuk memastikan bahwa Anda telah memahami dan memenuhi semua persyaratan dengan benar.

=======================================================================

Jabatan Lektor Kepala dapat dianggap sebagai langkah pertama menuju posisi Guru Besar atau profesor. Untuk mencapainya, seorang dosen harus mencapai banyak prestasi dan melaksanakan tridharma perguruan tinggi, yang termasuk dalam sistem penilaian angka kredit. Bagaimana caranya menghitung angka kredit dosen dalam perjalanan menuju Lektor Kepala? kami akan menjelaskannya untuk anda.

Jabatan Lektor Kepala memiliki keistimewaan tersendiri bagi seorang dosen. Selama menjabat, dosen memiliki hak menjadi promotor mahasiswa S3, dan juga dapat meningkatkan pendapatannya. Kualifikasi untuk dosen yang ingin mencapai jabatan Lektor Kepala adalah sebagai berikut:

S2 (Lektor 200) ke Lektor Kepala

S2 (Lektor 300) ke Lektor Kepala

S3 (Lektor) ke Lektor Kepala

S3 (Asisten Ahli) ke Lektor Kepala

Untuk mencapai jabatan Lektor Kepala, dosen memiliki dua opsi, yaitu melalui jalur reguler dan jalur loncat jabatan. Kedua cara ini memiliki aturan yang berbeda dalam perhitungan angka kredit untuk mencapai Lektor Kepala. Berikut adalah cara perhitungannya.

Perhitungan Angka Kredit Dosen Menuju Jabatan Lektor Kepala terdapat dua jalur yang disediakan yaitu: 

Jalur Reguler dan Jalur Loncat jabatan


Jalur yang dipilih jika sesorang dosen hendak mengusulakan Jabatan Fungsional secara normal misal: 


1. Dosen dengan jabatan fungsional Asisten Ahli 150 mengusulkan ke lektor 200 atau lektor 300.

2. Dosen dengan jabatan fungsional Lektor 200 atau lektor 300 mengusulkan Lektor Kepala 400 atau          500

Jalur Loncat jabatan
jalur yang dipilih jika sesorang dosen hendak mengusulakan Jabatan Fungsional dengan cara melangkahi satu jabatan fungsional misal: 

Dosen dengan jabatan fungsional Asisten Ahli 150 mengusulkan ke lektor Kepala 400, 500.

disimulasikan dalam contoh ini untuk Lektor Kepala (LK) 400. Untuk perhitungan LK (KUM 500) dan LK (KUM 700), syarat dan persentase KUM-nya tetap sama, sehingga Anda dapat melakukan perhitungan sendiri.

Sebelum memasuki perhitungan angka kredit untuk kedua kelompok yang telah disebutkan, baik itu melalui jalur reguler atau loncat jabatan, yang perlu diketahui oleh dosen terlebih dahulu adalah mengenai prosentase dan besaran KUM untuk dua aspek yang dinilai dalam kenaikan jabatan fungsional. Aspek utamanya tentu terdiri dari tridharma perguruan tinggi, yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 

Perhitungan Angka Kredit Kelompok Regular 

Perhitungan kenaikan jabatan fungsional ataupun angka kredit dari Lektor 200 ke Lektor kepala 400. Nah dari Lektor Kepala 200 ke Lektor Kepala 400.

Angka Kredit Lektor (200) ke Lektor Kepala (400): Karena dosen tersebut telah mengantongi poin 200 maka untuk sampai pada lektor kepala (400) berarti yang dibutuhkan sisa 200. 

atau dengan cara mengurangi dari jabatan sasara 400-200 kum = 200 kum

TMT 2 Tahun dari lektor 200.

namun untuk mengusulkan jabatan fungsional ke lektor kepala ada syarat wajib yang harus dipenuhi oleh pengusul, artinya biar melimpah Kum yang dikumpulkan kalau tidak ada syarat wajibnya maka usulannya tetap tertolak. demikian juga sebalikanya biar sudah memiliki syarat wajib kalau angka kredit yang diminta belum terpenuhi ya tetap tertolak. 

Syarat wajibnya : 1 Jurnal Internasional bereputasi (kualifikasi S2), SINTA 1-2 (Kualifikasi S3) (jika masa kerja minimum seperti penjelasan sebelumnya)


Pendidikan 40% x 200 = Minimal 80 kum atau 40/100 X 200 = 80


Penelitian 40% x 200 = Minimal 80 kum atau 40/100 X 200 = 80


Pengabdian 10% x 200 = Maksimal 20 kum atau 10/100 X 200 = 20


Penunjangan 10 % x 200 = Maksimal 20 kum atau 10/100 X 200 = 20


Dari Lektor 300 ke Lektor Kepala 400, artinya selisih KUM yang dosen perlukan adalah 100 KUM. Nah untuk Kum 100 ini persyaratannya sama seperti sebelumnya:


AK Lektor (300) ke Lektor Kepala (400) :


Memerlukan 400-300 kum = 100 poin


TMT 2 Tahun dari lector 100


Syart utama: 1 Jurnal Internasional (Kualifikasi S2), SINTA 1-2 (kualifikasi s3) (jika masa kerja minimum seperti penjelasan sebelumnya)


Pendidikan 40% x 100 = minimal 40 kum


Penelitian 40% x 100 = minimal 40 kum


Pengabdian 10% x 100 = maksimal 10 kum


Penunjang 10% x 100 =  maksimal 10 kum 

Lihat POPAK 2019 (DISINI)



7 Jenis Tabungan yang Wajib Dimiliki Anak Muda

Menabung dan Investasi Halo, Sobat Catatan Digital! Kalau bicara soal tabungan, banyak anak muda yang langsung bilang, “Duh, gajinya aja pa...