![]() |
Motivasi dari Kisah Nyata, |
Kamu mungkin udah pernah denger nama J.K. Rowling, atau setidaknya tahu tentang Harry Potter. Yap, buku dan filmnya udah mendunia. Tapi yang banyak orang gak tahu adalah, di balik kesuksesan luar biasa itu, Rowling pernah ada di titik hidup paling gelap—bahkan sampai berpikir buat mengakhiri hidupnya.
Nah, mari
kita kupas bareng-bareng, gimana kisah luar biasa ini bisa jadi inspirasi buat
kita semua.
Hidupnya Gak Selalu Seindah Buku Fantasi
J.K. Rowling
lahir di Inggris, tahun 1965. Waktu kecil, dia udah suka nulis cerita. Tapi
hidup gak langsung manis kayak cerita dongeng. Setelah lulus kuliah, dia kerja
serabutan—dari jadi guru bahasa sampai sekretaris.
Tahun 1992,
Rowling menikah dan pindah ke Portugal. Tapi pernikahannya gak bahagia.
Suaminya kasar dan gak suportif. Gak lama, mereka bercerai. Rowling pulang ke
Inggris bersama anak perempuannya yang masih bayi. Nah, di sinilah titik
terberat hidupnya dimulai.
Titik Terendah: Miskin, Sendirian, dan Depresi Berat
Rowling
waktu itu tinggal di apartemen kecil dan hidup dari bantuan sosial pemerintah.
Bayangin, dia harus ngerawat anak bayi sendirian, sambil bergelut dengan
kondisi mental yang rapuh. Dia pernah bilang, hidupnya saat itu ada di
"titik paling miskin yang bisa dibayangkan di Inggris, tanpa jadi
tunawisma."
Bahkan,
Rowling pernah mengalami depresi berat. Sampai dia mikir, "Apa aku
masih punya alasan untuk terus hidup?" Tapi ada satu hal yang bikin dia
tetap bertahan: cinta sama anaknya, dan kecintaannya pada menulis.
Harry Potter Lahir dari Kesedihan dan Imajinasi
Saat
hidupnya kacau balau, Rowling mulai nulis kisah tentang seorang bocah yatim
piatu yang tinggal di lemari bawah tangga dan ternyata adalah penyihir. Yap,
itulah cikal bakal Harry Potter.
Dia nulis di
mana saja, di kafe, di rumah, sambil gendong bayi, sambil nahan lapar, sambil
nangis. Tapi dia terus nulis. Bukan karena dia yakin akan sukses besar, tapi
karena menulis adalah satu-satunya hal yang bikin dia merasa masih hidup.
Setelah
bertahun-tahun nulis, naskah pertama Harry Potter and the Philosopher’s
Stone selesai. Tapi masalah belum selesai di situ.
Ditolak 12 Penerbit
Rowling
mengirim naskahnya ke berbagai penerbit. Tapi apa yang dia dapet? Penolakan.
Bukan satu atau dua, tapi 12 penerbit menolak naskahnya. Ada yang bilang
ceritanya gak laku. Ada yang bahkan gak membalas sama sekali.
Tapi Rowling
gak menyerah. Akhirnya, satu penerbit kecil bernama Bloomsbury setuju
menerbitkan bukunya. Tapi bahkan mereka cuma cetak 500 eksemplar di awal, dan
menyarankan Rowling buat cari kerja "beneran" karena "nulis buku
anak-anak gak akan bikin kamu kaya."
Lucu ya,
mengingat sekarang Harry Potter jadi salah satu seri buku terlaris
sepanjang masa.
Boom! Kesuksesan yang Meledak
Begitu Harry
Potter terbit, sambutannya luar biasa. Anak-anak (dan orang dewasa!) jatuh
cinta sama dunia sihir, sekolah Hogwarts, dan tokoh-tokohnya. Buku-buku
selanjutnya selalu laris manis. Setiap rilis baru selalu ditunggu-tunggu jutaan
pembaca di seluruh dunia.
Gak cuma
bukunya yang sukses, adaptasi filmnya juga jadi salah satu waralaba film
tersukses dalam sejarah. Rowling, yang dulu hidup dari bantuan sosial, sekarang
masuk daftar miliarder dunia versi Forbes.
Bahkan, dia
sampai keluar dari daftar miliarder karena menyumbangkan begitu banyak uang
untuk amal. Bayangin, dari orang yang dulu gak mampu beli makanan enak,
jadi salah satu penyumbang terbesar di Inggris.
Gak Lupa Diri Meski Sudah Sukses
Satu hal
yang keren dari Rowling adalah: dia gak pernah lupa masa-masa kelamnya.
Dia sering cerita soal depresinya, soal kesulitan sebagai ibu tunggal, dan soal
betapa pentingnya terus bertahan, walau hidup terasa gelap.
Dia juga
mendirikan berbagai yayasan sosial, terutama untuk membantu anak-anak dan
perempuan. Salah satu pesannya yang paling terkenal adalah:
"Kita
gak butuh sihir untuk mengubah dunia. Kita sudah punya kekuatan di dalam diri
kita: kekuatan untuk membayangkan dunia yang lebih baik."
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kisah Rowling?
Kisah J.K.
Rowling itu bukan cuma kisah sukses. Tapi kisah bangkit dari keterpurukan.
Dan ada banyak pelajaran yang bisa kita petik, nih:
1. Gagal Itu Bagian dari Proses
Rowling gak
cuma gagal sekali. Dia gagal berkarier, gagal dalam pernikahan, bahkan ditolak
berkali-kali oleh penerbit. Tapi dia tetap lanjut. Gagal bukan akhir. Gagal itu
jalan menuju sukses.
2. Pegang Keras Apa yang Kamu Cintai
Rowling
mencintai menulis. Dan itu yang jadi pelampiasan sekaligus penyelamatnya. Kamu
juga, coba deh cari hal yang kamu benar-benar suka. Mungkin itu jadi jalur
kesuksesanmu nanti.
3. Jangan Malu Minta Bantuan
Rowling
hidup dari bantuan sosial. Dan dia gak malu. Kadang kita butuh bantuan buat
bisa bertahan. Gak apa-apa. Itu bukan kelemahan, tapi cara bertahan.
4. Tetap Menulis Cerita Hidupmu, Meski Dunia Nggak
Percaya
Saat semua
penerbit bilang “enggak”, Rowling tetap percaya pada ceritanya. Kadang, dunia
belum siap percaya. Tapi kamu harus tetap percaya pada mimpimu.
Kamu Juga Bisa Bangkit
Kisah
Rowling membuktikan satu hal penting:
Keterpurukan
bukan akhir dari cerita. Bisa jadi itu babak awal sebelum hidupmu berubah
total.
Setiap orang
punya masa sulit. Setiap orang pernah jatuh. Tapi gak semua orang mau bangkit.
Dan di situlah bedanya orang sukses.
Kalau kamu
sekarang lagi ada di titik rendah—entah itu soal keuangan, keluarga, kesehatan
mental, atau karier—ingatlah, kamu gak sendirian. Banyak orang pernah ada di
posisi itu, termasuk J.K. Rowling. Tapi mereka memilih buat melangkah lagi,
walau perlahan.
Penutup: Ayo, Tulis Cerita Suksesmu Sendiri
Hidup itu
kayak novel. Ada babak sedih, ada babak bingung, bahkan ada plot twist yang
bikin nangis. Tapi selama kamu terus nulis ceritamu—selama kamu gak
menyerah—akhirnya akan ada babak bahagia juga.
Rowling
pernah hidup dalam kegelapan, tapi sekarang dia adalah cahaya buat jutaan
orang. Kamu pun bisa jadi inspirasi buat orang lain suatu hari nanti.
— J.K. Rowling
Tidak ada komentar:
Posting Komentar